Tentang

Blog CariPelajaran - Blog yang memuat berbagai materi pelajaran sekolah

Sesuai dengan nama blog, maka blog ini memiliki maksud dan tujuan sebagai sumber bagi anda yang sedang mencari materi pelajaran apapun, mulai dari pelajaran sekolah maupun pelajaran umum.

Belajar dalam buku Kamus Umum Bahasa Indonesia adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Perwujudan dari berusaha adalah berupa kegiatan belajar.

Menurut Hintzman, belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri manusia disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku manusia tersebut.

Menurut Wittig, belajar ialah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam/keseluruhan tingkah laku manusia sebagai hasil pengalaman.

Belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah lakunya baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotor untuk memperoleh tujuan tertentu. Dikatakan belajar apabila membawa suatu perubahan pada individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya mengenai jumlah pengetahuan, melainkan juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan, minat, penyesuaian diri.

Hampir semua ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsiran tentang “Belajar”. Seringkali pula perumusan dan tafsiran itu berbeda satu sama lain. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman.

Menurut pengertian diatas, belajar adalah merupakan proses suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan kelakuan. Ada juga yang mengatakan bahwa belajar adalah memperoleh pengetahuan, belajar adalah latihan-latihan pembentukan kebiasaan secara otomatis, dan seterusnya.

Secara rasional semua ilmu pengetahuan dapat diperoleh melalui belajar.  Maka, belajar adalah ”key term” (istilah kunci) yang paling vital dalam usaha pendidikan. Sehingga, tanpa belajar sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan. Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungannya.

Sedangkan pengertian mengajar lebih identik kepada proses mengarahkan seseorang agar lebih baik. Al-Mawardi melarang seseorang mengajar dan mendidik atas dasar motif ekonomi. Akan tetapi menurutnya, seorang guru seharusnya selalu memiliki keikhlasan dan kesadaran akan pentingnya tugas, sehingga dengan kesadaran tersebut, ia akan terdorong untuk mencapai hasil yang maksimal.[5]
Titik tekan pendidikan menurut al-Ghazali terletak pada pendidikan agama dan moral. Untuk itu, syarat menjadi guru menurut al-Ghazali, selain cerdas dan sempurna akalnya, juga guru yang baik akhlaknya dan kuat fisiknya. Dengan kesempurnaan akal ia dapat memiliki berbagai ilmu pengetahuan secara mendalam, dan dengan akhlaknya yang baik ia dapat menjadi contoh dan teladan bagi para muridnya, dan dengan kuat fisiknya ia dapat melaksanakan tugas mengajar, mendidik dan mengarahkan anak-anak muridnya.

Dalam QS At-Taubah Ayat 122, dijelaskan betapa pentingnya menuntut ilmu dan mengamalkannya.

 وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً فَلَوْلا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ

Yang artinya : Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.

Status kewajiban juga dapat dirujuk melalui argument QS. Ali Imron Ayat 104, adapun dari hadis khotbah nabi pada haji wada’ juga dapat dijadikan argumen yang menunjukkan status fardlu ‘ain. Kata nabi “...hendaklah yang hadir menyampaikan kepada yang tidak hadir”. Juga dalam hadis lain, Rasulullah menyuruh kaum beriman agar menyampaikan ajaran beliau (islam) kepada orang walaupun hanya satu ayat saja yang ia bisa. Sabda nabi : “.... sampaikan dariku walau satu ayat... bhalighu ‘anni walau ayatan”.  Dalam hadits lain lagi, tugas dakwah itu bahkan dikaitkan dengan keimanan seseorang. Setiap mukmin dituntut untuk berdakwah sebisanya, dengan kekuatan, ucapan, atau dengan hati saja..